Khutbah Nabi Muhammad S.A.W tentang Gerhana Matahari

92. KHUTBAH RASULULLAH S.A.W. PADA SHALAT GERHANA
MATAHARI 1

Dari Aisyah r.a., ia berkata,

Ketika Gerhana Matahari terjadi pada masa Rasulullah s.a.w., beliau pun
berdiri untuk melaksanakan shalat (gerhana) bersama orang banyak. (Pada
Saat itu) Rasulullah s.a.w. memanjangkan bacaan (surah) lalu beliau rukuk
dan memanjangkan rukuknya.

Kemudian beliau bangkit berdiri dan membaca
(surah) dengan memanjangkan bacaannya meskipun tidak sepanjang bacaan
beliau yang pertama. Lalu beliau rukuk dan memperpanjang rukuknya
meskipun rukuknya (yang kedua) itu tidak sepanjang rukuknya yang
pertama. Kemudian beliau bangkit berdiri (beriktidal), lalu sujud dua kali.

Sesudah itu beliau bangkit berdiri untuk melakukan rakaat kedua yang
pelaksaannya serupa dengan rakaat pertama.

Setelah selesai, Rasulullah s.a.w. pun mengucapkan salam, sementara
Gerhana Matahari sudah berlalu dan langit sudah terang kembali. Kemudian
beliau berdiri dan menyampaikan khutbah di hadapan para jamaah dengan
bersabda,

“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena
kematian seseorang, dan bukan (pula) karena kelahiran seseorang. Tetapi kedua
gerhana itu adalah sebagian di antara sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Allah s.w,t. yang diperlih”tkan kepada para hamba-Nya. Maka apabila ada di antara kalian
yang melihat (gerhana) itu maka segeralah melaksanakan shalat (gerhana). ”

(Hadis ini di-takhrij oleh enam orang ahli hadis. At-Taisir, jil. 2, hlm. 310)

93. KHUTBAH RASULULLAH SAW. PADA SHALAT GERHANA
MATAHARI 11

Dari Abdullah ibn Amr, ia berkata,

Ketika Gerhana Matahari terjadi pada masa Rasulullah s,a.w., beliau
pun segera berdiri (untuk melaksanakan shalat Gerhana) dan kami pun ikut
berdiri (untuk beriamaah) bersama beliau. Lalu Rasulullah berdiri (dalam
shalat itu) sedemikian lama sampai-sampai kami mengira beliau tidak
akan rukuk. Kemudian beliau rukuk (sedemikian lama), sehingga seolah
beliau tidak akan beriktidal. Kemudian beliau beriktidal (sedemikian lama),
sehingga tidak akan sujud.

Kemudian beliau sujud (sedemikian lama), sehingga seolah-olah beliau tidak akan bangun dari sujudnya. Pada rakaat kedua, beliau melakukan seperti apa yang beliau lakukan
pada rakaat pertama, lalu beliau menghembuskan nafas ke tanah sambil
menangis pada Saat sedang suiud di rakaat yang kedua, dan kemudian
berdoa, “Wahai Tuhan! Mengapa Engkau menyiksa mereka padahal aku ada di
tengah-tengah mereka? Wahai Tuhan! Mengapa Engkau menyiksa kami padahal
kami senantiasa memohon ampun (beristigfar) kepada-Mu? ”

Kemudian beliau bangun dari sujudnya sementara Gerhana Matahari
sudah berlalu. Beliau menyelesaikan shalatnya, lalu membaca hamdalah,
memuji Allah, dan kemudian bersabda, “Wahai umat manusia! Sesungguhnya
matahari dan adalah dua di antara tanda-tanda kekuasaan Allah Ta ‘åla yang
diperlihatkan kepada hamba-harnba-Nya. Maka apabila kalian melihat (gerhana)
itu maka bergegaslah untuk (melaksanakan) shalat (gerhana) ”

(Hadis di-takhrij Oleh enam tokoh hadis. At-Taisir, jil. 2, hlm. 320)

94. KHUTBAH RASULULLAH SAW. PADA SHALAT GERHANA
MATAHARI Ill

Dari Abdullah ibn Amr, ia berkata,

Ketika Gerhana Matahari teriadi pada masa Rasulullah s.a.w., beliau
pun segera berdiri (untuk melaksanakan shalat Gerhana Matahari) dan kami pun ikut berdiri (untuk berjamaah) bersama beliau. Lalu Rasulullah
berdiri (dalam shalat itu) sedemikian lama sampai-sampai kami mengira
beliau tidak akan rukuk. Kemudian beliau rukuk (sedemikian lama),
sehingga seolah beliau tidak akan beriktidal. Kemudian beliau beriktidal
(sedemikian lama), sehingga seolah beliau tidak akan sujud. Kemudian
beliau sujud (sedemikian lama), sehingga seolah-olah beliau tidak akan
bangun dari sujudnya.

Pada rakaat kedua, beliau melakukan apa yang beliau lakukan dalam
rakaat pertama, dan kemudian beliau bermunajat, “Ya Rabb! Mengapa Engkau
mengazab mereka padahal aku adn di tengah-tengah mereka? Ya Rabb! Mengapa
Engkau mengazab kami padahal kami senantiasa memohon ampun (beristigfar)
kepada-Mu ? ”

Kemudian Rasulullah s.a.w. bangkit dari sujudnya, sementara Gerhana
Matahari sudah berlalu, lalu beliau pun menyelesaikan shalatnya, membaca
bayndalah, memuji Allah, dan kemudian bersabda, “Hai segenap umat manusia,
sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua di antara tanda-tanda kekuasaan Allah
‘Azza wa Jalla. Maka apabila salah satunya mengalami gerhana maka segeralah
pergi ke masjid!

Demi Zat yang diriku berada di genggaman-Nya, sungguh sebenarnya surga benar-benar pernah ditunjukkan kepadaku, sehingga seandainya aku mau pastilah aku akan dlberi sebagian dari ranting pohonnya.

Dan juga pernah ditunjukkan neraka padaku, sampai-sampai aku ingin memadamkannya karena aku takut (neraka itu) akan memangsa kalian. Di dalam neraka itu aku melihat seorang wanita dari suku Hiynyar yang kulitnya hitam dan badannya tinggi sedang disiksa
gara-gara kucing miliknya yang pernah dia ikat dan tidak ia beri makan, tidak ia
beri minum, serta tidak ia bebaskan memakan rerumputan ataupun bintang liar
yang ada di muka bumi.

Tiap kali dia menghadapkan wajahnya (ke muka), maka kucing itu menggigitnya. Dan tiap kali dia memalingkan wajahnya (ke samping), kucing itu pun segera menggigitnya. Di dalam neraka aku juga melihat saudara dari Bani Da’da’ dan aku juga melihat pemilik tongkat yang bengkok ujungnya sedang bersandar pada tongkat itu di dalmn neraka, karena dulu ia pernah mencuri barang seseorang yang sedang menunaikan Ibadah haji dengan menggunakan tongkat yang bengkok ujungnya itu. Dan ketika orang-orang mengetahui perbuatannya, pencuri itu berkata, ‘Aku tidak mencuri dari orang ini, melainkan hanya karena barang miliknya tersangkut di ujung tongkatku yang bengkok’.

(Musnad Imam Ahmad, jil. 2, him. 159)

95. KHUTBAH RASULULLAH SAW. YANG PALING ISTIMEWA PADA
SAAT TERJADINYA SHALAT GERHANA MATAHARI

Ibnul Qayyim mengatakan,

Kemudian beliau beranjak pulang—yakni dari shalat Gerhana—lalu
menyampaikan khutbah yang istimewa di hadapan para jamaah. Di antara
isi khutbah itu adalah:

“Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua di antara sekian banyak
tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak akan mengalami gerhana hanya
karena disebabkan kematian seseorang dan tidak (pula) karena disebabkan kelahiran
seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) itu maka berdoalah kepada Allah,
bertakbirlah, kerjakanlah shalat, dan bersedekahlah!

Wahai Umat Muhammad s.a.w.! Demi Allah! Allah sangatlah murka apabila
hamba-Nya (laki-laki) berbuat zina, atau apabila hamba-Nya (dari kaum wanita)
berbuat zina.

Wahai umat Muhammad s.a.w.! Demi Allah! Seandainya kalian tahu apa yang
aku tahu, pastilah kalian akan sedikit tertawa dan akan lebih banyak menangis. ”

Lalu beliau bersabda, “Sungguh, dengan berada di maqamku Saat ini, aku
dapat melihat segala sesuatu yang telah dijanjikan atas kalian. Sampai-sampai
seandainya saja aku mau mengambil sebatang ranting dari surga sant kalian bisa
melihatku (di Sana), pastilah aku bisa.

Dan aku (juga) telah melihat Neraka Jahanam di mana penghuninya Saling menghancurkan satu sama lain, yang manakala kalian melihatku (di Sana), pastilah aku tidak mau (melihat mereka) —dan dalam teks hadis yang lain menyebutkan, “Wa raåitu an-nira” (Dan aku melihat aku belum pernah melihnt sama sekali seperti hari ini suatu pemandangan yang paling buruk kecuali neraka itu, dan aku melihat bahwa kebanyakan dari penghuni neraka itu adalah kaum wanita. ”

Para sahabat bertanya, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?”
Rasulullah s.a.w. menjawab, “Karena kekufuran mereka.”
Para sahabat bertanya lagi, “Apakah mereka berbuat kekufuran kepada
Allah?”

Rasulullah saw. menjawab, “Mereka berbuat kekufuran kepada suami-suami
mereka, (yaitu) dengan bersikap kufur (tidak berterima kasih) terhadap kebaikan
(suami-suami mereka). Sampai-sampai, seandainya kamu berbuat baik kepada salah
seorang di antara mereka (kaum wanita itu) selama satu tahun penuh kemudian tiba-tiba wanita itu melihat sedikit (kesalahan atau kekurangan) dari dirimu, maka dia akan berkafa, ‘Aku tidak melihat kebaikan sama sekali darimu’.

Dan di antara khutbah shalat Gerhana yang juga paling istimewa
“Sungguh telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan diuji di dalam kubur
seperti —atau mirip—dengan ujian pada sant kedatangan Dajjal, yaitu ketika salah
seorang di antara kalian didatangi (oleh malaikat) lulu ia ditanya, ‘Bagaimana
pengetahuanmu tentang lelaki ini (Rasulullah s.a.w.)?’

Adapun orang mukmin (orang yang kokoh imannya), maka akan menjawab,
‘Dia adalah Muhammad s.a.w., yang menjadi utusan Allah yang datang kepada
kami dengan membawa bukti-bukti kebenaran dan petunjuk, lalu kami menyambut
apa yang dibawanya itu dengan baik, mengimaninya, dan mengikuti (ajaran)nya. ‘

Kemudian akan dikatakanlah kepadanya, ‘Tidurlah kamu sebagai orang saleh
karena kami sudah tahu bahwa kamu adalah seorang mukmin. ‘

Dan adapun orang munafik atau orang yang masih ragu-ragu (belum mantap
imannya), orang itu pasti akan berkata, ‘Aku tidak tahu, aku pernah mendengar
orang-orang mengatakan sesuatu lalu aku ikut mengiyakan saja’.

96. KHUTBAH RASULULLAH SAW. PADA SHALAT GERHANA
MATAHARI MENURUT JALUR PERIWAYATAN LAIN YANG
DIGUNAKAN OLEH IMAM AHMAD

Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. tatkala sudah mengucapkan salam (selesai
dari shalat Gerhana-nya), beliau lalu membaca hamdalah dan memuji Allah,
kemudian bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya
beliau adalah hamba dan utusan-Nya.

Lalu beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia! Aku akan menyampaikan sesuatu kepada kalian atas nama Allah: apakah kalian mengetahui bahwa sebenarnya diriku telah lalai dalam menyampaikan sebagian di antara risalah yang kuterima dari Tuhanku kepada kalian, tetapi kalian belum sempat memberitahukan kekuranganku itu kepadaku ? ”

Maka berdirilah seseorang seraya berkata, “Kami bersaksi bahwa
engkau benar-benar telah menyampaikan semua risalah yang kau terima
dari Tuhanmu, engkau telah memberikan nasihat kepada umat, dan engkau
(juga) telah melaksanakan apa yang menjadi kewajibanmu.”

Kemudian Rasulullah s.a.w. pun bersabda, “Ammå ba’du, sesungguhnya
banyak orang terkemuka yang mengira bahwa Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan ini, atau terbenamnya bintang-bintang dari peredarannya, adalah disebabkan Oleh
kematian tokoh-tokoh besar di antara para penduduk bumi, padahal sebenarnya
ucapan mereka itu benar-benar bohong.

Karena gerhana dan terbenamnya bintang itu adalah tanda-tonda dari sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Allah s.w.t. untuk dijadikan pelajaran oleh hamba-hamba-Nya, sehingga Dia dapat melihat orang-orang yang mau bertobat di antara mereka itu.

Demi Allah! Sungguh semenjak aku melaksanakan shalat, aku dapat melihat sesuatu yang kalian jumpai dari berbagai urusan dunia kalian serta urusan akhirat kalian.

Demi Allah! Aku tahu bahwa Kiamat belum akan terjadi sampai keluarnya
(terlebih dahulu) tiga puluh orang pembohong. Dan yang terakhir dari ketiga puluh
pembohong itu adalah si mata satu, yaitu Dajjal yang mata kirinya tidak ada,
sehingga seolah-olah matanya seperti matanya Abu Tahya —yakni Orang tua renta
dari golongan Anshar yang pada Saat itu rumahnya terletak dekat kamar Aisyah
r.a.

Dan kapan pun Dajjal keluar, dia pasti akan mengaku bahwa dirinya adalah
Allah. Barangsiapa mempercayainya, membenarkannya, don lalu mengikutinya mnka
seluruh amal baik yang sudah dilakukan oleh orang ifu akan sin-sia dan fidak akan
ada manfaatnya.

Tetapi barangsiapa menganggapnya kafir lalu mendustakannya
maka dia tidak akan disiksa disebabkan amal perbuatannya yang sudah lalu.
Sesungguhnya Dajjal akan datang menjajah seluruh pelosok bumi kecuali tanah
haram (Mekah dan Madinah) dan Baitul Maqdis.

Kelak dia akan terus mengepung orang-orang mukmin yang ada di Baitul
Maqdis yang akan merasakan goncangan yang amat dahsyat. Tetapi kemudian
Allah ‘Azza wa Jalla membinasakannya berserta semua balatentaranya, sampai-
sampai dinding-dinding bangunan dan akar-akar pepohonan ikut berseru, ‘Wahai
orang Muslim, inilah orang Yahudi!—atau berseru ‘Inilah orang kafir!’—maka
segeralah kau mendekat ke sini untuk membunuhnya!’

Rasulullah s.a.w. bersabda, “Dan semua peristiwa itu tidak akan terjadi
sampai kalian lebih dulu melihat berbagai peristiwa yang amat gawat dan kekacauan
di antara kalian, sehingga kalian akan saling bertanya satu sama lain, ‘Pernahkah
dulu nabi kalian memperingatkan akan semua bencana ini?’

Dan sampai terjadinya peristiwa ketikn gunung-gunung runtuh dan bergeser dari tempatnya disebabkan oleh (dahsyatnya) bencana itu. ”

(Za’dul Ma’äd, jil. 1, hlm. 122)

 

Dikutip dari Buku Khutbah Nabi: Terlengkap dan Terpilih (Muhammad Khalil Khathib)

Do you like this post?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *