Faiz Amer

Muqoddimah Tasawuf

Allah Swt berfirman :

“ Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya, demikian juga apa saja yang ditahan olehAllah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya. Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

 

(QS. Al Fathir : 2)

Sebelum manusia sadar akan hubungan dirinya dengan Tuhannya, Penciptanya, samalah keadaannya saat itu dengan mati. Hidup ini belum berarti apa-apa jika belum mempunyai kesadaran akan arti hidup. Sebelum hal ini kita sadari, sama saja arti hidup ini dengan mati karena hidup yang tidak berarti sama halnya dengan mati. Dapat lebih ditegaskan lagi bahwa kepercayaan kepada Allah Azza wa Jalla itulah permulaan hidup. Dan kehilangan kepercayaan sama saja artinya dengan mati.

Kesadaran menyebabkan kita bangkit dari kelalaian. Kesadaran itu sangat mahal harganya dan sangat tinggi nilainya. Kesadaranlah yang menumbuhkan semangat dalam diri kita untuk melangkah lebih maju.Tatkala kesadaran telah timbul, itulah puncak dari kemenangan. Karena kita tidak akan ragu-ragu lagi untuk meneruskan perjalanan menuju tujuan yang nyata. Tidak lagi meraba-raba. Hatipun dikuatkan, segala rintangan dan halangan diatasi dan diampuni.
Apabila telah sadar, kita akan terus berfikir, dimana aku, darimana aku, akan kemana aku, sampai dimana perjalananku, serta apa yang aku peroleh. Hatipun membulat teringat hanya kepada satu tujuan yang dituju. Dengan terang yang telah mulai tumbuh dalam hati, memberi sinar kepada fikiran, membuat pandangan menjadi jauh. Pandangan mata dan pandangan batin. Di luar nampak alam, di batin nampak Tuhan Pencipta alam.

Bertambah dalamnya makrifat kepada Allah dan tekunnya ibadah, bertambah teranglah sinar itu. Itulah yang dimaksudkan dengan CAHAYA IMAN. Kekuatan ibadah kepada Tuhan adalah laksana penggosok sehingga sinar itu lebih bersih dan lebih cemerlang.

Ahli-ahli tasawuf Islam mengatakan bahwa iman itu adalah QAULUN WA ‘AMALUN (perkataan dan perbuatan). Iman itu bisa bertambah-tambah, tetapi juga bisa berkurang. Bisa berkurang dan berkurang sehingga habis sama sekali, hanya tinggal nama saja.

Nabi saw pernah mengibaratkan bahwa cahaya iman itu mempunyai pula ukuran biasa, tinggi, dan lebih tinggi. Cahaya tersebut bisa menyinari jauh sampai keluar negeri bahkan keseluruh muka bumi. Tetapi ada orang yang cahayanya hanya disekeliling dirinya, ada pula yang tidak bercahaya sama sekali dan ada yang dulunya bercahaya lalu dicabut oleh Allah cahaya itu dikarenakan dirinya kotor oleh perbuatan maksiat.

Oleh karena itu dosa atau maksiat sangat mudah mengotori dan menghilangkan cahaya iman. Dosa itu diumpamakan dalam Al-Quran dengan bintik kecil yang mula-mula sekali hinggap dihati. Jika bintik kecil sudah mulai terbentuk dihati, maka kita harus berusaha segera membersihkannya agar bintik itu segera hilang. Jangan biarkan bintik yang baru muncul karena dosa baru, tanpa pembersihan. Takutlah jikalau berturut-turut bintik itu datang dan datang lagi sehingga hati akhirnya dipenuhi dengan bintik hitam dan seluruhnya menjadi hitam yang menutupi cahaya yang akan keluar dari dalam hati. Pembersihan bintik yang mula-mula itu adalah dengan tobat.

Memohon ampun kepada Allah atas dosa yang telah terlanjur dilakukan, dan dengan kekerasan hati menghentikan dosa yang sedang diperbuat sekarang, lalu berjanji dalam hati dengan Tuhan bahwa tidak akan berbuat lagi dimasa yang akan datang. Lalu dengan diikuti amal kebajikan yang berturut-turut sampai pengaruh dosa yang dahulu itu habis tertimbun oleh banyaknya kebajikan yang dilakukan. Dengan demikian cahaya itu timbul kembali. Bahkan dari sebab kesungguhan itu, besar kemungkinan cahayanya akan lebih mengkilat, lebih cemerlang dan gemilang daripada dulu.

Cahaya iman itu bukan saja memberi cahaya hidup lahiriah yang sekarang, bahkan dapat memperpanjang umur dan membuat orang jadi kaya raya.

Kita semua maklum bahwa umur yang telah ditentukan Allah tidak bisa ditambah atau dikurangi. Demikian pula rezeki yang telah ditentukan tidak bisa kurang atau lebih. Semua sudah tertulis dengan pasti dalam ilmu Tuhan. Tetapi dengan iman bukan saja cahaya cemerlang menjadi bertambah, bahkan umur dapat bertambah panjang dan rezeki dapat berlipat ganda menjadi kaya raya, yaitu nilai umur itu diperpanjang dan nilai harta itu dipertinggi.

Jika dalam hidup ini kita menanamkan kasih sayang atau cinta kasih, pastilah umur kita akan panjang bahkan kadang-kadang lebih panjang dari usia itu sendiri. Kamu telah lama mati, tulang telah hancur dalam kubur, tetapi umur/nama masih ada. Yaitu karena jasa baik yang ditinggalkan, karena ilmu yang bermanfaat dan berfaedah yang diajarkan, karena anak-anak yang diberi pendidikan dengan baik. Harta bendapun demikian pula. Ada orang yang kelihatan lahirnya kaya raya, namun miskin, jiwanya terus dalam kesepian, karena sahabatnya hanya harta itu saja, dia tidak berhasil merasa kenyang dengan sesama manusia. Orang tidak merasakan faedah dari hartanya yang banyak itu. Sebaliknya ada yang hartanya sederhana saja namun dia kaya raya. Kaya dengan kasih sayang, kaya dengan sahabat dan teman, kaya dengan budi yang dia tanamkan, walau sudah lama meninggal dunia tetapi budinya yang baik dikenang orang sepanjang masa.

Iman kepada Allah pastilah menumbuhkan cinta. Benci itu tidak dapat disertai iman. Dan iman adalah menumpuk kasih, iman tidak mengenal dendam.

Itulah sebabnya manusia yang memperdalam kepercayaannya kepada Allah Azza wa Jalla bertambah lama bertambah cemerlang jiwanya. Dia mempunyai sinar cahaya iman yang makin lama makin gemilang. Sekalipun dia telah meninggal, cahaya itu masih tetap hidup dalam kecemerlangannya.

Waullahu A’lam bishsowab

+60132228549